Listen

Description

“Tajuk Rasil”

Rabu, 20 Rajab 1445 H/ 1 Februari 2024

Zionis Mengisolasi Isu Palestina, Kita Harus Terus Bersuara!

Artikel MuslimahNews

Awal Januari 2024, Kantor media pemerintah di Gaza merilis data jumlah jurnalis yang syahid telah mencapai 109 orang. Sebanyak 3 jurnalis lainnya syahid di Lebanon pada periode yang sama. Di antara mereka ada Hamza al-Dahdouh, putra jurnalis senior sekaligus kepala biro Al Jazeera Gaza, Wael al-Dahdouh. Hamza syahid pada Ahad, 7 Januari beserta seorang rekannya, Mustafa Thuraya, pembuat video untuk AFP, ketika sebuah rudal Zionis menghantam kendaraan yang mereka tumpangi di daerah perumahan antara Khan Younis dan Rafah.

Terkait hal ini, media Middle East Eye (MME) menyebutkan, perang yang sedang berlangsung antara zionis dan para pejuang Palestina ini telah merenggut nyawa lebih banyak jurnalis dibandingkan konflik apa pun di dunia selama lebih dari 30 tahun. MEE sendiri menyebutkan jumlah jurnalis yang syahid sejak serangan 7 Oktober 2023 sudah mencapai lebih dari 111 orang. Kuat dugaan bahwa pihak Zionis memang sedang fokus menyasar jurnalis sebagai target pembunuhan. Tujuannya adalah mengisolasi isu Palestina untuk melemahkan dukungan dunia internasional, sekaligus memperlemah perlawanan para perjuang, dan mempercepat target genosida demi penguasaan Palestina, khususnya Gaza.

Tidak dimungkiri, gencarnya pemberitaan soal kekejaman Zionis Israel di Palestina yang disampaikan para jurnalis perang independen ini telah menjadi problem tersendiri bagi mereka. Pihak Zionis sudah habis-habisan berusaha membangun narasi positif tentang diri mereka, seperti alasan self defense terkait serangan 7 Oktober 2023, atau propaganda berisi hoaks lainnya, terutama narasi soal kekejaman dan teror Hamas. Namun, akhirnya semua gagal total.

Mesin perang opini yang selama ini mereka andalkan, termasuk proyek Hasbara yang menghabiskan dana besar demi membayar para influencer internasional, nyatanya benar-benar tidak berguna. Begitu pun strategi dukungan yang diberikan berbagai platform media pro Zionis semacam facebook, meta, dan lainnya, serta upaya isolasi info di negara pro Zionis semacam Australia, semuanya sia-sia. Semua kegagalan ini adalah gegara ulah para jurnalis perang. Atas jasa mereka dunia terbuka matanya soal apa yang sebenarnya terjadi di Palestina sehingga berbagai kutukan dan kecaman datang dari mana-mana. Bukan hanya dari masyarakat dunia Islam, tetapi masyarakat dunia internasional, termasuk rakyat di negara-negara Barat yang selama ini menjadi sekutu dan selalu membela mereka.

Bahkan kekecewaan berat pun sudah menular kepada orang-orang Yahudi sendiri, termasuk mereka yang tinggal di wilayah pendudukan. Tidak sedikit dari mereka yang turun ke jalan melakukan aksi protes dan membuat konten-konten viral yang berisi penyesalan dan rasa malu atas sikap pemerintahan mereka yang kian brutal. Bahkan banyak pemuda mereka yang secara tegas menolak wajib militer meskipun risikonya dipenjara.

Oleh karenanya, apa yang terjadi belakangan ini menunjukkan bahwa keputusasaan Zionis Israel sudah pada puncaknya. Betapa tidak, pihak pendudukan telah mengerahkan segala sumber daya untuk memenangkan perang di Gaza. Surat kabar Yedioth Ahronoth yang dikutip Channel Gaza media Indonesia menyebut, biaya perang yang dikeluarkan telah mencapai lebih dari 217 miliar shekel ($59,35 miliar), mencakup anggaran tempur tentara dan bantuan besar-besaran terhadap perekonomian di semua bidang.