Penanganan darurat paskaerupsi Gunung Semeru masih berlangsung. Data terakhir dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kemarin, menyebut ada tiga ribu lebih jiwa yang mengungsi. Sementara, sebanyak 56 korban luka-luka, 17 jiwa hilang dan 34 jiwa meninggal dunia. Namun, data masih terus mengalami pemutakhiran dan validasi.
Terkait dengan perkembangan erupsi Gunung Semeru, BNPB mengimbau warga untuk tetap waspada dan siaga dengan memperhatikan rekomendasi yang telah dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). BNPB terus memantau dan melakukan koordinasi dengan BPBD setempat dalam penanganan darurat erupsi.
Sementara itu, akun media sosial PVMBG menjelaskan bahwa Peringatan Dini untuk bahaya erupsi gunung api sudah dilakukan bukan hanya di Semeru, tetapi juga di 69 gunung api aktif yang dipantau oleh PVMBG melalui pemasangan peralatan pemantauan, serta pengamatan visual selama 24 jam. Masyarakat bisa mengakses aktivitas gunung api terkini melalui MAGMA Indonesia.
Lantas, apa yang harus dilakukan agar sistem peringatan dan pemberian informasi aktivitas gunung vulkanik lebih efektif? Kita akan cari tahu lebih lanjut bersama dengan Vulkanolog dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Mirzam Abdurrachman. Simak juga pernyataan dari Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM Andiani, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dan Anggota Dewan Penasihat dan Perlindungan SAR DIY, MPBI, Surono soal hal ini.
*Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id