Ada kabar baik nih dari dunia militer kita. Tes keperawanan akhirnya dihapuskan dari penilaian seleksi di Korps Wanita TNI Angkatan Darat. Kebijakan progresif ini disampaikan oleh Kepala Pusat Kesehatan TNI AD, Mayjen Budiman saat konferensi pers Penghapusan Tes Keperawanan Angkatan Bersenjata, kemarin.
Keputusan ini tertuang dalam petunjuk teknis (juknis) pemeriksaan uji badan TNI AD tanggal 14 Juni 2021. Budi mengungkapkan, peniadaan pemeriksaan himen atau selaput dara karena tidak lagi sesuai dengan dinamika zaman.
Sebenarnya tuntutan penghapusan tes keperawanan atau tes dua jari di TNI dan Polri sudah lama lho digaungkan. Jadi langkah maju ini buah dari perjuangan panjang. Ya better late than never lah. Memang sudah semestinya himen itu dihapus dari obyek tes. Soalnya itu merupakan bentuk kekerasan berbasis jender, menurut Human Rights Working Group. Praktiknya juga sudah banyak ditinggalkan. Bahkan sejak November 2014 alias 7 tahun silam, Badan Kesehatan Dunia WHO sudah tegas menyatakan tidak ada tempat bagi tes keperawanan karena tak punya dasar ilmiah.
Apakah paradigma maupun praktik diskriminatif soal tes keperawanan semacam ini masih terjadi, baik di lembaga lain maupun masyarakat? Hal-hal apa saja yang mesti dibenahi terkait diskriminasi gender?
Kita akan cari tahu lebih lanjut soal hal ini bersama dengan aktivis perempuan, Tunggal Pawestri. Simak juga pernyataan dari Kepala Pusat Kesehatan Angkatan Darat Mayjen TNI Budiman dan Polisi Wanita (Polwan) Sri Rumiyati soal hal ini.
*Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id