Listen

Description

Sejumlah pihak memperkirakan lonjakan kasus virus korona akan terjadi usai libur Natal dan Tahun Baru. Pemerintah pun menyiapkan stok obat-obatan terapi pasien COVID-19. Ini adalah bagian dari strategi penanganan di hilir atau terapeutik yang dilakukan pemerintah. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengaku telah melobi perusahaan farmasi asal Amerika Serikat, Merck untuk mendapatkan obat Molnupiravir. Kata dia, Molnupiravir adalah obat untuk pasien dewasa dengan gejala ringan. Tujuannya untuk menekan angka pasien yang dirawat di rumah sakit hingga 50 persen.


Obat ini digadang-gadang menjadi antivirus oral pertama untuk pasien Covid-19. Cara kerjanya dengan mengacaukan kode genetik virus agar tidak bereplikasi atau memperbanyak diri di tubuh inang. Studi laboratorium yang dilakukan Merck menunjukkan, Molnupiravir efektif melawan varian virus corona, termasuk jenis Delta. Hasil penelitian itu menyebut, obat tersebut paling mujarab bila diberikan pada tahap awal infeksi.


Lantas, selain kesediaan obat, apa lagi yang harus diperhatikan pemerintah, jika terjadi lonjakan kasus? Akankah kelangkaan obat bisa dicegah atau pemerintah harus mencegah kenaikan kasus bukan hanya menyetok obatnya saja? Selain menyetok obat, langkah apa lagi yang perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya kelangkaan obat saat lonjakan kasus? Kita akan cari tahu lebih lanjut soal hal ini bersama dengan Pakar Farmakologi dan Farmasi Klinik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Zullies Ikawati. Simak juga pernyataan dari Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, dan Kepala BPOM Penny Lukito soal hal ini.


*Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id