Sabtu (26/3) lalu, sebagian masyarakat dunia bersama memadamkan listrik selama satu jam. Kegiatan bertajuk Earth Hour ini dilakukan serempak di setiap Sabtu terakhir bulan Maret pada pukul 20.30-21.30 waktu masing-masing negara. Inisiatif ini bertujuan mengajak sebanyak-banyaknya pihak di seluruh dunia untuk ambil peran menjaga bumi, dengan menghemat energi.
Kegiatan yang diinisiasi oleh organisasi lingkungan hidup World Wide Fund for Nature (WWF) ini pertama kali dimulai pada tahun 2007 di Sydney, Australia. Dan di tahun 2022 ini, Earth Hour diikuti lebih dari 190 negara. Di Indonesia sendiri, Earth Hour sudah mulai dilakukan sejak 2009. Hingga 13 tahun kemudian, Earth Hour di Indonesia telah didukung oleh pemerintah daerah di 200 kota, dan digerakkan oleh 1068 volunter aktif yang tersebar di 30 kota, serta didukung oleh 2 juta pendukung melalui aktivasi digital.
Tahun 2022 ini, dukungan datang dari berbagai pihak, seperti duta Earth Hour 2022, Kafin Sulthan musisi dan pemain flim, dan komunitas, lembaga dan koorporasi seperti Earth Hour Indonesia MING, Gerakan Pramuka, Saya Pejalan Bijak, Saya Pilih Bumi, B2W Indonesia, The Climate Reality Project Indonesia, Sekolah Murid Merdeka, Journey to Zero dan lainnya.
Lantas, bagaimana evaluasi Earth Hour 2022, dibanding tahun lalu? Apakah sesuai target? Selama pandemi ini bagaimana sebenarnya penggunaan energinya? Kita akan bincangkan hal ini bersama dengan Galih Aji Prasongko, Youth & Education Team Yayasan WWF Indonesia. Simak uga pernyataan dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Depok, Ety Surhayati dan Wakil Wali Kota Depok, Imam Budi Hartono soal hal ini.
*Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id