Tak sekedar memanas, Ilmuwan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan suhu Bumi mendidih sebelum waktunya. Ini diungkap Peneliti Klimatologi Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin yang mengacu berbagai model proyeksi mengenai perubahan iklim. Erma mengatakan, pada bulan Juli 2023, kenaikan suhu di Bumi tercatat mencapai 1,35 derajat Celcius. Padahal sebelumnya kenaikan suhu 1,5 derajat Celsius diperkirakan terjadi pada 2050.
Sementara itu, kita bisa melihat berbagai fenomena rekor suhu diberbagai negara.
Sebut saja suhu di Arab Saudi yang mencapai 50 derajat Celsius. Di Tiongkok, masyarakatnya terpapar panas hingga 52 derajat Celsius. Bahkan penyelenggaraan Jambore Pramuka ke 25 di Korea Selatan dikacaukan persoalan lingkungan, seperti panas ekstrem.
Sebelumnya Perserikatan Bangsa-Bangsa Era menyebut pemanasan global telah berakhir dan “era pendidihan global telah tiba”. Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, mengatakan itu setelah para ilmuwan mengonfirmasi bahwa Juli menjadi bulan terpanas di dunia dalam sejarah.
Lantas, Apakah Indonesia aman dari fenomena mendidihnya Bumi? Sudahkah masyarakat dan pemerintah sadar akan persoalan ini? Termasuk aksi menekan laju perubahan iklim? Soal hal ini kita akan bincangkan bersama dengan Senior Campaign Strategist Greenpeace International, Tata Mustasya. Simak juga pernyataan dari Peneliti Klimatologi Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin soal hal ini.
*Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id