Di tengah kenaikan kasus dan penyebaran varian BA.4 dan BA.5, Presiden Joko Widodo mengeluh soal sulitnya mengajak masyarakat untuk suntik vaksin Covid-19 dosis ketiga atau booster. Padahal vaksinasi booster ini diandalkan untuk menekan laju penyebaran dan keparahan akibat infeksi Covid-19. Presiden Joko Widodo mengkaim persediaan vaksin booster masih puluhan juta. Jokowi pun meminta seluruh masyarakatnya untuk segera melakukan vaksinasi dosis ke tiga, mengingat penambahan kasus dalam beberapa hari belakangan mencapai seribuan kasus.
Berdasarkan data dashboard vaksinasi Kemeterian Kesehatan per 20 Juni 2022 kemarin, tingkat vaksinasi dosis satu mencapai lebih dari 96 persen dari target sasaran vaksin, sementara vaksinasi keduanya lebih dari 80 persen. Sedangkan vaksinasi booster baru mencapai 23-an persen saja.
Menanggapi persoalan ini, lembaga pemantau independen Laporcovid-19 menilai pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah saat pelaksanaan vaksinasi Covid-19 booster berbeda dengan pada saat pelaksanaan vaksinasi dosis satu dan dua. Tim Advokasi Laporan Warga Laporcovid-19, Firdaus Ferdiansyah menyebut, hal inilah yang membuat capaian vaksinasi booster di Indonesia lambat. Firdaus menambahkan, narasi-narasi yang dibangun oleh pemerintah mengenai kasus yang mulai landai, narasi bersiap menuju endemi, ataupun kebijakan boleh melepas masker, justru membuat banyak warga yang mungkin enggan melakukan vaksinasi booster.
Lantas, Apa yang menjadi hambatan vaksinasi booster? Apa langkah yang ditempuh pemerintah untuk menggenjot vaksinasi booster ini? Catatan LaporCovid soal program vaksinasi booster ini apa aja? Kita akan bincangkan hal ini bersama dengan Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril dan Tim Advokasi Laporan Warga Laporcovid-19, Firdaus Ferdiansyah.
*Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id