Pembicaraan soal penundaan pemilu di media sosial kian memanas. Yang terbaru menjadi sorotan netizen adalah soal pernyataan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan. Menko Luhut mengklaim, mempunyai data yang mencakup suara 110 jutaan rakyat. Kata dia, rakyat ingin hidup tenang dengan ekonomi yang terjamin. Selain itu kata dia, rakyat tak ingin di masa ekonomi yang sulit, menghabiskan uang triliunan rupiah untuk pemilihan umum.
Sementara kalau kita ingat-ingat kembali, waktu itu Wakil Ketua DPR RI dari Fraksi PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin juga mengklaim adanya 60 persen dari 100 juta subjek akun di media sosial mendukung penundaan Pemilu 2024.
Namun sumber data ini masih diragukan dan dipertanyakan oleh berbagai pihak. Pasalnya, beberapa data lain berkata sebaliknya. Seperti belum lama ini Litbang Kompas mengeluarkan hasil jajak pendapat yang dilakukan pada 7-12 maret 2022 kepada seribuan responden. Sebanyak 62,3 persen responden menyatakan setuju Pemilu tetap digelar 14 Februari 2024 dan hanya 10,3 persen yang menyatakan setuju pemilu ditunda. Sementara, hasil survey Indikator Politik Indonesia pada Desember 2021 menunjukkan bahwa mayoritas publik setuju pemilu tetap diadakan pada 2024 meski dalam keadaan pandemi sekalipun. Hanya seperempat warga yg setuju pemilu ditunda hingga 2027 dengan alasan pandemi atau pemulihan ekonomi.
Lantas, Kalau melihat trend di media sosial saat ini lebih condong mendukung atau menolak penundaan pemilu? Seperti apa sentimen netizen? Seberapa besar suara netizen mencerminkan sikap politik masyarakat? dan Bagaimana sikap BEM SI soal pelaksanaan pemilu? Kita akan cari tahu lebih lanjut soal hal ini bersama dengan Pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi dan Koordinator Pusat Aliansi BEM Seluruh Indonesia (SI) Kaharuddin. Simak juga pernyataan dari Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan soal hal ini.
*Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id