Look for any podcast host, guest or anyone

Listen

Description

Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim tengah berlangsung di Glasgow, Skotlandia pekan ini. Dalam forum itu, Presiden Joko Widodo mengklaim telah melakukan berbagai upaya untuk antisipasi dampak perubahan iklim. Salah satunya menekan laju deforestasi dan juga menurunkan angka kebakaran hutan di Indonesia hingga 82 persen. Jokowi mengklaim upaya itu berdampak besar dalam penurunan gas emisi.


Menteri Lingkungan hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar juga mengatakan salah satu upaya mengurangi dampak perubahan iklim adalah dengan menekan angka kebakaran hutan. Ia mengklaim Indonesia berhasil melewati dua tahun tanpa kebakaran besar sepanjang 2020-2021. Tahun ini, potensi titik api bahkan menurun drastis hingga 50 persen dibanding tahun lalu.


Sementara itu, para pegiat lingkungan di Indonesia mengkritik klaim-klaim Presiden Joko Widodo mengenai penanganan perubahan iklim di Indonesia. Pengkampanye Hutan dari LSM Greenpeace Indonesia Iqbal Damanik menyebut, pemerintahan Jokowi justru tidak bisa menangani masalah deforestasi dengan baik. Selain itu, perwakilan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Monica, menyebut klaim menurunnya deforestasi dan kebakaran hutan berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di wilayah adat. Sedangkan Manajer Kampanye Perubahan Iklim Walhi Yuyun Harmono justru mempertanyakan komitmen Jokowi dalam transisi menuju energi terbarukan.


Lantas, kapan Indonesia akan meninggalkan energi kotor lalu beralih menggunakan sumber energi bersih dan terbarukan? Apa saja kontribusi yang bisa diberikan anak muda soal hal ini? Kita akan cari tahu lebih lanjut soal hal ini bersama dengan Manajer Kampanye Perubahan Iklim Walhi Yuyun Harmono, Pengkampanye Hutan dari LSM Greenpeace Indonesia Iqbal Damanik, dan Direktur Eksekutif Yayasan Indonesia Cerah, Adhityani Putri. 


*Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id