Yang mau berkunjung ke Taman Nasional Komodo (TNK) di Bulan Agustus nanti mesti rebudgeting lho ya, karena tarif masuk Taman Nasional Komodo (TNK) bakalan naik menjadi Rp3.750.000. Soal ini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengklaim kenaikan tarif itu demi kepentingan biaya konservasi. Selain alasan konservasi, meroketnya harga tiket TNK digadang-gadang untuk meningkatkan ekonomi masyarakatnya. Sebab tarif Rp3,75 juta ini meliputi tiket masuk kawasan TNK dan pemberian suvenir buatan masyarakat sekitar Pulau Komodo. Menurut Sandi, penetapan biaya itu sudah melalui kajian dari para ahli.
Sementara itu, Kepala Balai Taman Nasional Komodo, Lukita Awang Nistyantara mengungkap hasil riset di TNK yang menunjukkan perlunya pembatasan kunjungan wisatawan ke kawasan Taman Nasional Komodo, khususnya ke Pulau Komodo dan Pulau Padar. Agar kelestarian lingkungan komodo tetap terjaga, Lukita mengatakan batas maksimal kunjungan hanya 200 ribu orang pertahun. Menurut Lukita, pembatasan ini sangat penting karena saat ini Komodo-Komodo berubah sikap, seperti kurang waspada dan malah lebih dekat dengan manusia. Selain itu bobot Komodo bisa tercatat mencapai 100 kilogram, padahal normal beratnya hanya 80 kilogram.
Kenaikan harga tiket masuk Taman Nasional Komodo (TNK) tidak lepas dari pro dan kontra. Wakil Ketua DPD Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) NTT Robert Waka dilansir dari Antaranews menolak rencana kenaikan harga tiket ke pulau Komodo itu. Menurutnya ada 13 organisasi pariwisata yang menolak kebijakan ini, karena berpotensi menurunkan minat kunjungan wisata. Bahkan ditakutkan, wisatawatan-wisatawan yang hendak berkunjung ke Pulau Komodo akan membatalkan kunjungannya. Robert Waka berdalih, kunjungan wisatawan tidak berdampak pada penurunan populasi Komodo. Ia juga menyinggung rilis Balai Taman Nasional (BTN) yang menyatakan populasi Komodo bertambah pada periode 2018-2021.
Lantas, apakah kebijakan kenaikan tarif masuk Taman Nasional Komodo (TNK) menjadi Rp3.750.000 itu dinilai tepat? Seperti apa hilangnya jasa ekosistem akibat kunjungan wisata ke sana? KIta akan cari tahu lebih lanjut soal hal ini bersama dengan Direktur dari organisasi lingkungan hidup Walhi Nusa Tenggara Timur Umbu Wulang Tanaamahu Paranggi. Simak juga pernyataan dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno dan Koordinator Pelaksana Program Penguatan Fungsi di Taman Nasional Komodo, Carolina Noge.
*Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id