Seorang siswa MTs di kota Tarakan bunuh diri, salah satu faktornya, diduga akibat tugas Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang menumpuk. Meski motif bunuh diri seseorang tidak pernah tunggal, namun beban PJJ disinyalir menjadi salah satu penyebab peserta didik depresi. Sementara itu, Dewan Pakar Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti mengatakan, Kementerian Kesehatan dan Dinas-dinas Kesehatan di daerah seharusnya bersinergi dengan Dinas-dinas Pendidikan Kantor Kementerian agama di Kabupaten/kota maupun provinsi untuk ikut bantu membina kesehatan mental peserta didik. Walaupun PJJ telah memasuki fase II, namun FSGI masih mencatat beberapa persoalan yang muncul. Diantaranya: aturan Kemendikbud tidak ditaati Dinas dan Sekolah, mata pelajaran dan jadwal masih menggunakan kurikulum normal, sekolah tidak memiliki pedoman PJJ, adanya tugas yang menumpuk, kompetensi orang tua rendah, serta PJJ yang membosankan hingga sebabkan siswa stress.
Kita bahas lebih lanjut soal hal ini bersama Dewan Pakar FSGI Retno Listyarti, Wasekjen FSGI Fahriza Tanjung, dan Psikolog Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta.
*Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id