Belum genap satu tahun kasus bullying di Tasikmalaya, kasus bullying berujung maut kembali terjadi.
Pekan ini kita dikejutkan dengan meninggalnya bocah kelas 1 SD di kota Medan. Ibu korban bercerita, anaknya pulang dalam keadaan menangis kesakitan dan mengadu telah dipukuli oleh kakak-kakak kelasnya yang tinggal tak jauh dari rumah korban.
Anak itu tidak bisa tidur nyenyak, enggan makan selama beberapa hari, sebelum akhirnya meninggal dunia.
Kasus lain yang menyita perhatian publik sepekan terakhir adalah kasus pembakaran sekolah oleh seorang anak di Temanggung, Jawa Tengah. Usut punya usut, anak rupanya korban bullying. Anak ini mengaku pernah melaporkan kasusnya namun tak mendapat respons yang memuaskan. Ia kemudian justru dilabeli sebagai anak yang caper (cari perhatian).
Nah, kalau kita kompilasi kasus tindak perundungan tahun ini angkanya memang gak sedikit. Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat sepanjang Januari sampai Juni 2023, ada 12 kasus perundungan yang terjadi di satuan pendidikan. Dari 12 kasus tersebut, 8 sudah diproses secara hukum. Pelakunya bukan cuma sesama anak-anak, tapi juga orang dewasa.
Dari 12 kasus yang terungkap, 4 diantaranya terjadi di jenjang pendidikan sekolah dasar. FSGI khawatir, korban dan pelaku bullying di jenjang SD berpotensi melakukan kekerasan di masa depan ketika tidak mendapatkan pemulihan psikologi dan pengasuhan positif dalam keluarga. Lantaran jenjang ini dianggap penting dalam pembentukan pondasi dasar seorang anak.
Kita akan bincangkan soal hal ini di Whats Trending edisi khusus yang hadir saban Jumat bareng News Editor KBR, Wahyu Setiawan.
*Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id