Proyek Strategis Nasional jadi sorotan setelah publik dikagetkan dengan peristiwa kerusuhan di Rempang Galang, Batam, Kamis, 7 September lalu. Hari itu petugas gabungan dari Polri, TNI, Ditpam BP Batam, dan Satpol PP yang akan melakukan pengukuran lahan berhadapan dengan warga yang menentang pengembangan kawasan, Rempang Eco-City. Situasi menjadi kacau usai aparat melepaskan gas air mata untuk membubarkan massa.
Pasca peristiwa itu, Rempang jadi mencekam. Anak-anak takut bersekolah. warga berhenti melakukan aktivitas bertani dan melaut sebab takut rumah mereka hilang.
Pembangunan kawasan Rempang Eco City telah mencuat sejak 2004. Saat itu pemerintah bekerja sama dengan PT. Makmur Elok Graha sebagai mitra swasta dalam kerjasama dengan BP Batam dan Pemerintah Kota Batam. Tahun ini, proyek itu masuk dalam Program Strategis Nasional sesuai dengan Permenko Bidang Perekonomian RI Nomor 7 Tahun 2023. Integrasi kawasan industri, pariwisata, energi baru dan terbarukan (EBT) itu diharapkan dapat menggaet investasi senilai Rp381 triliun pada 2080.
Untuk memuluskan proyek, ribuan rumah warga yang terkena proyek strategis nasional itu rencananya akan direlokasi ke sebuah lokasi di Sijantung. Sebanyak 16 kampung adat terancam digusur.
Benarkah ini hanya perkara kurangnya pendekatan dan komunikasi terhadap warga yang telah menempati kawasan di mana proyek itu akan dibangun, seperti dikatakan Presiden Joko Widodo?
Seperti apa pula evaluasi atas PSN yang sudah berjalan, apakah manfaatnya betul bisa dirasakan oleh warga yang sudah berkorban untuk proyek tersebut?
Kita bahas soal hal ini bersama dengan News Editor Wahyu Setiawan.
*Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke