Belakangan netizen +62 tengah ramai membicarakan soal pro-kontra sebuah keluarga atau perempuan yang tidak mau memiliki anak atau kerap disebut childfree, usai salah satu influenser atau vloger mengungkit keputusan yang ditempuhnya itu.
Nah melansir laman SehatQ dari Kementerian Kesehatan. Childfree adalah hidup tanpa anak atau memiliki keturunan setelah menikah. Kondisi ini bisa terjadi berdasarkan dua jenis kemungkinan, yaitu kondisi fisik yang tak memungkinkan atau memang sudah menjadi pilihan hidup berdasarkan keputusan bersama.
Sementara itu pada laman unair.ac.id, Guru Besar Sosiologi Universitas Airlangga (UNAIR) Prof. Bagong Suryanto, M.Si., pernah menjelaskan bahwa secara sosial status dan eksistensi perempuan pada jaman dulu dilihat dari seberapa banyak dia bisa melahirkan anak. Akan tetapi, indikator tersebut saat ini sudah mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman.
Menurutnya, kesuksesan perempuan kini sudah tidak lagi diukur dari ranah domestik, melainkan berdasar sektor publik seperti karir, prestasi, dan indikator baru lainnya.
Pilihan untuk memiliki anak atau tidak, menurut Prof. Bagong merupakan suatu kebebasan yang sifatnya personal.
Lantas, Sejauh ini adakah stigma di masyarakat soal perempuan yang tidak memiliki anak, baik karena kondisinya tak memungkinkan maupun karena pilihannya? Bagaimana masyarakat melihat hak-hak perempuan untuk memilih, khususnya soal anak? Soal hal ini kita akan bincangkan bersama dengan Siti Aminah Tardi, Komisioner Komnas Perempuan dan Deputi Program Institut Kapal Perempuan Budhis Utami.
*Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id