Mengenal dan bersikap ramah terhadap perbedaan bisa dibangun melalui sekolah. SMK Bakti Karya Parigi di Pangandaran adalah salah satu yang melakukannya dengan menjunjung tinggi nilai multikultural. Siswa di sekolah ini beragam ada Aceh, Jawa, Sunda, Kalimantan, Papua, dan lainnya .Mereka belajar dan tinggal bersama selama tiga tahun tanpa biaya. Tidak selalu mulus. Ada beberapa siswa dari wilayah konflik di Indonesia Timur yang awalnya tidak kerasan dan ingin pulang. Atau siswa muslim dari Jawa yang enggan bergaul dengan siswa Kristiani. Tapi konsep pembauran yang diterapkan di sekolah ini pelan-pelan mengikis kondisi-kondisi tersebut.
Bagaimana sekolah ini menjalankannya melalui lima konsep dasar, yaitu penanaman nilai toleransi, semangat perdamaian, semangat berjaringan, berbudaya, dan pembelajaran aktif? Untuk mengetahui penjelasannya, kami sudah bersama dengan pendiri yang juga pengajar Sekolah Multikultural Bakti Karya Parigi, Ai Nurhidayat dan Murid Sekolah Multikultural Bakti Karya Parigi, Ida Yesnath.
*Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id