KELAKUANNYA TIDAK SEPERTI KELAKUAN AYAHNYA
1 Samuel 8:1-3 (TB) 1 Setelah Samuel menjadi tua, diangkatnyalah anak-anaknya laki-laki menjadi hakim atas orang Israel. 2 Nama anaknya yang sulung ialah Yoël, dan nama anaknya yang kedua ialah Abia; keduanya menjadi hakim di Bersyeba. 3 Tetapi anak-anaknya itu tidak hidup seperti ayahnya; mereka mengejar laba, menerima suap dan memutarbalikkan keadilan.
Samuel adalah nabi sekaligus hakim terakhir dari bangsa Israel karena setelah dia Israel dipimpin oleh seorang raja. Yang menyedihkan dari kisah Samuel adalah keadaan anak-anaknya. Anak-anaknya tidak bisa menjadi hakim karena keduanya hidup bercela di hadapan Tuhan dan bangsanya. Secara moral umumnya saja mereka rendah sehingga tidak bisa menjadi Hakim. 1 Samuel 8:3 (BIMK) Tetapi mereka tidak mengikuti kelakuan ayah mereka, melainkan hanya mengejar keuntungan sendiri saja. Mereka menerima uang sogok dan menghakimi rakyat secara tidak adil.
Apa akibatnya? Kita sudah bisa prediksi, mereka tersingkir dari bangsanya. Mereka tidak bisa bekiprah seperti Samuel ayah mereka. 
1 Samuel 8:4-5 (BIMK) 4 Sebab itu semua pemimpin Israel berkumpul, lalu menghadap Samuel di Rama, 5 dan berkata kepadanya, "Dengarlah Pak, Bapak sudah tua dan anak-anak Bapak tidak mengikuti kelakuan Bapak. Jadi sebaiknya Bapak mengangkat seorang raja supaya kami mempunyai raja seperti bangsa-bangsa lain."
Ada seorang pendeta senior yang di akhir hidup-nya sakit-sakitan dan mengalami depresi karena kehidupan anak-anaknya yang memalukan. Satu anak-nya menjadi homoseks, yang lain kena narkoba, yang lain lagi murtad pindah agama. Sungguh miris keadaan hamba Tuhan ini.
Berbeda dengan nabi Yesaya dan anak-anaknya. Mereka semua menjadi tanda dan alamat bagi orang lain untuk mengenal Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Yesaya 8:18 (TB) Sesungguhnya, aku dan anak-anak yang telah diberikan TUHAN kepadaku adalah tanda dan alamat di antara orang Israel dari TUHAN semesta alam yang diam di gunung Sion.
Jika kita dan anak-anak kita bisa sama-sama melayani Tuhan, kita patut bersyukur. Bagaimana kelakuan kita saat ini apakah sudah sempurna seperti Bapa. Anak Allah harus berkenan kepada Bapanya barulah ia akan dimuliakan dan memerintah bersama dengan Dia. (Matius 3:17, Roma 8:17). (CS)