MEWASPADAI MUSIM MENINGGAL
Pengkhotbah 3:1-2 (TB) 1 Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya. 2 Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;
Pohon biasanya punya musim berbuah pada bulan tertentu. Buah rambutan umummya banyak di akhir tahun. Ternyata bukan hanya pohon punya musim berbuah tetapi segala sesuatu ada musimnya termasuk kematian juga ada musimnya namanya musim kematian. Karena ada musim kelahiran maka ada musim kematian. Pada umumnya org baru menyadari musim kematian dirinya ketika ia sudah mencapai usia lanjut tujuh puluh atau delapan puluh tahun. Maaf, makanya org yang sudah usia lanjut sering dilabel sbg "bau tanah". Padahal musim kematian bisa menimpa siapa pun yg hidup bahkan tanpa gejala atau tanda-tanda. Jangan berpikir jika seseorang sudah sering sakit berarti musim kematiannya sudah dekat. Sedangkan org yg sehat wa alfiat musim kematiannya masih jauh. Kenyataannya tdk selalu demikian. Apa lagi di wkt pandemi covid-19 begitu banyak org di seluruh dunia yg meninggal. Apakah masa pandemi Covid-19 merupakan musim kematian? Bisa saja!.
Kematian sebenarnya tidak mengenal musim. Kematian bisa terjadi sepanjang kehidupan manusia. Oleh krn musim kematian kita itu unpredictable dan unexpected (tdk dapat diramalkan dan tidak terduga) maka kita hrs selalu menabur kesucian hidup (menabur dlm roh) setiap saat sehingga ketika musim itu tiba, kita siap menuai kehidupan Abadi di rumah Bapa. (CS)