PERTUMBUHAN IMAN
1 Yohanes 2:12-14 (TB) 12 Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, sebab dosamu telah diampuni oleh karena nama-Nya. 13 Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu telah mengenal Dia, yang ada dari mulanya. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu telah mengalahkan yang jahat. 14 Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, karena kamu mengenal Bapa. Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu mengenal Dia, yang ada dari mulanya. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu kuat dan firman Allah diam di dalam kamu dan kamu telah mengalahkan yang jahat.
Sebelum wafat pada 16 Oktober 2015, James Fowler menulis buku dengan judul Stages of Faith, The Psychology of Human Development and the Quest for Meaning (1981). Buku ini lahir dari penelitian panjang yang telah diawali sejak tahun 1972. Studi tahap perkembangan iman itu melibatkan lebih dari 500 orang, mulai dari yang masih berumur 4 hingga 88 tahun. Rentang usia ini memungkinkan Fowler menyajikan tahap-tahap perkembangan iman. Menurut James Fowler ada 6 tahap perkembangan iman:
Tahap 1: Intuitive-projective faith (iman intuitif proyektif)
Iman intuisi proyektif anak usia 18-24 bulan sampai 7 tahun. Iman anak yang banyak diperoleh dari apa yang diceritakan orang dewasa khususnya orang tuanya. Isi dari Iman tahap ini adalah gambaran Tuhan sebagai yang perkasa, surga yang imajinatif, dan neraka yang mengerikan. Gambaran ini umumnya bersifat irasional. Iman ini berkisar pada kepatuhan (obedience) dan hukuman (punishment).
Tahap 2: Mythic-literal faith (usia 7 sampai 12 tahun)
Anak sudah lebih logis dan mulai mengembangkan pandangan akan alam semesta yang lebih tertata. Mereka cenderung mempercayai cerita dan simbol religius secara literal. Mereka percaya bahwa Tuhan itu adil dalam memberi ganjaran yang sepantasnya bagi manusia.
Tahap 3: Synthetic-conventional faith
(usia remaja dan selanjutnya)
Setelah mampu berpikir abstrak, remaja mulai membentuk ideologi (sistem kepercayaan) dan komitmen terhadap ideal-ideal tertentu. Di masa ini mereka mulai mencari identitas diri dan menjalin hubungan pribadi dengan Tuhan. Namun identitas mereka belum benar-benar terbentuk, sehingga mereka juga masih melihat orang lain (biasanya teman sebaya) untuk panduan moral.
Tahap 4: Individuative-reflective faith (awal hingga pertengahan umur duapuluhan).
Mereka yang bisa mencapai tahap ini mulai memeriksa iman mereka dengan kritis dan memikirkan ulang kepercayaan mereka, terlepas dari otoritas eksternal dan norma kelompok.
Tahap 5: Conjunctive faith (usia paruh baya)
Pada usia paruh baya, orang jadi semakin menyadari batas-batas akalnya. Mereka memahami adanya paradoks dan kontradiksi dalam hidup. Ketika mulai mengantisipasi kematian, mereka dapat mencapai pemahaman dan penerimaan lebih dalam.
Tahap 6: Universalizing faith (lanjut usia)
Pada tahap terakhir yang jarang dapat dicapai ini, terdapat para pemimpin moral dan spiritual, seperti, Martin Luther King dan Bunda Teresa, yang visi dan komitmennya terhadap kemanusiaan menyentuh begitu banyak orang. Mereka digerakkan oleh keinginan untuk “berpartisipasi dalam sebuah kekuatan yang menyatukan dan mengubah dunia”, namun tetap rendah hati, sederhana, dan manusiawi.
Bagaimana pertumbuhan Iman Anda? Apakah ada hambatan sehingga Iman Anda tidak bertumbuh? Marilah kita perhatikan pertumbuhan Iman kita agar tujuan iman kita tercapai yaitu keselamatan jiwa kita. 1 Petrus 1:9 (TB) karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu. (CS)