POLITISASI AGAMA
Daniel 6:4-5 (TB) 4 (6-5) Kemudian para pejabat tinggi dan wakil raja itu mencari alasan dakwaan terhadap Daniel dalam hal pemerintahan, tetapi mereka tidak mendapat alasan apa pun atau sesuatu kesalahan, sebab ia setia dan tidak ada didapati sesuatu kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya. 5 (6-6) Maka berkatalah orang-orang itu: "Kita tidak akan mendapat suatu alasan dakwaan terhadap Daniel ini, kecuali dalam hal ibadahnya kepada Allahnya!"
Yang dilakukan para pejabat tinggi di pemerintahan Kerajaan Media yang iri kepada Daniel adalah politisasi ibadahnya Daniel demi menjatuhkan Daniel dan mengambil kekuasaannya. Ini adalah tindakan jahat. Memang Daniel sempat dimasukkan ke gua singa. Akan tetapi Tuhan menolongnya dengan mengirimkan malaikat-Nya untuk mengatup mulut singa-singa itu. (Daniel 6:17-23). Raja Darius murka terhadap para pejabat yang menjebak Daniel. Raja memerintahkan prajuritnya untuk menagkap semua para pejabat jahat Itu beserta keluarga mereka dan melemparkannya ke gua singa. Singa-singa ganas menerkam mereka dan meremukkan tulang-tulang mereka. (Daniel 6:25).
Politisasi agama adalah suatu gerakan politik yang menjadikan agama sebagai alat, kendaraan, dan legitimasi politik. Gerakan politik ini bisa dari kelompok agama maupun kelompok non-agama. Mereka menggunakan agama sebagai alat dan kendaraan politik untuk menggapai kepentingan politik mereka.
 
Politisasi agama berbeda dengan politik agama. Politik Agama kebijakan negara tentang agama, yakni, keputusan atau ketetapan negara yang menyangkut kehidupan keagamaan. Politik agama juga bisa berarti pandangan dan keputusan keagamaan tentang politik yang berkembang. (Sumber:https://www.nu.or.id/post/read/102518/beda-politisasi-agama-dan-politik-agama).
Faktanya ada saja para rohaniawan yang melakukan politisasi agama demi kepentingan kedudukan mereka di pemerintahan, di gereja dan sinode sehingga terjadi saling melukai satu sama lain. 
Politisasi agama juga dilakukan rohaniawan atau pemimpin gereja yaitu upaya dan cara-cara pemimpin gereja dalam mempertahankan kedudukannya, kesetiaan jemaat kepadanya, dan pengumpulan uang, serta berbagai kegiatan yang pada dasarnya adalah untuk kebesaran pribadinya. Tidak jarang muncul pernyataan-pernyataan dan peraturan-peraturan dalam gereja yang dibuat si pemimpin di anggap sejajar dengan Firman Tuhan, justru bertentangan dengan prinsip-prinsip Alkitab.
Jika ada praktek politisasi agama di dalam gereja, hal ini akan mendatangkan murka Allah. Tuhan akan berkata "Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari hadapan-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan". (CS).