Pekerjaan, keluarga, anak-anak, dengan segala dinamikanya tak jarang bikin kita spaneng. Waktu lagi mumet begini, “me time” jadi dicari banget karena dianggap bisa jadi solusi. Eh, tapi kalau udah menikah, memang masih bisa “me time”? Konon, katanya setelah berkeluarga, terutama setelah punya anak, “me time” adalah mitos belaka. Gimana ya supaya punya waktu sendiri, reflektif, tanpa menjadi egois pada pasangan dan anak-anak? Ada ga cara supaya tetap waras ketika waktu “me time” sangat terbatas? Yuk, kita ngobrol ceria dan temukan harapan dalam Injil.