Pertamakalinya Bicarancu bincang bareng gadis. Beda dengan komunitas literasi lainnya, anggota Konde Sartika eksklusif untuk perempuan. Sejak 2017 mereka telah sebarkan energi literasi, berbagi pengetahuan, dan berkontribusi untuk masyarakat khususnya di Tasikmalaya.
Apa kegiatan rutin Konde ? Sebutkan event yang pernah digelar ? Kenapa logo Konde Sartika bukan Wanita Berhijab ? Bukankah Tasik jadi referensi lagu "Suasana di Kota Santri" ? Rintangan awal berdiri ? Pada 2018 Konde Sartika terbitkan sebuah buku berjudul "Sumilangen" bagaimana mereka menjawab kritik bahwa buku itu isinya hanya ajak suka baca saja ? Tidak lebih?
Saya berdialog dengan 4 "Puan" sapaan akrabnya (bukan Maharani DPR RI). Merka punya latar belakang dan ceritanya masing2. Bagaimana puan melawan kultur patriarki di sekitar ? Bahkan di keluarga sendiri ? Pernahkah terima pelecehan seksual ? Baik langsung ataupun tidak ? Tanggapan ihwal candaan seksis, catcalling dll-nya gimana ?
Selain body shaming dan objektifikasi perempuan yang marak, kami juga bahas isu rawan yang lekat dengan keseharian. Seperti konsep perjodohan & pernikahan, fenomena janda dan perawan tua, tekanan pasturi untuk "geura boga budak," dan (maaf) apakah keutuhan selaput dara masih penting ketika wanita dipersunting ?
Tanggapan puan tentang Ta'aruf lewat DM dan Khitbah Dinda Hauw yang bikin baper ? Bisakah semua anggota Konde Sartika masak mie instan ? Apakah keadilan gender itu harusnya Jessica Jane selingkuh duluan sebelum Ericko Lim dapatkan Listy Chan ? Haruskah Anggota DPR RI jadi korban "revenge porn" agar RUU-PKS segera disahkan ?
Bagaimana Konde Sartika memaknai Feminisme ? Kenapa feminis cerewet dan ada aja pendapatnya ? Liberal / Keluar Kodrat ? Apa cuma pengen kebebasan pakai baju seksi ? Selalu ingin menang, bikin laki-laki ilfil gak sih ? dan stigma lainnya yang muncul di kepala anda ketika baca caption ini.