Tahukah Anda bahwa otak manusia sebenarnya tidak dirancang secara evolusioner untuk membaca? Berbeda dengan kemampuan berbicara yang tumbuh secara alami, membaca adalah sebuah pencapaian neurobiologis yang luar biasa di mana otak harus "mendaur ulang" area-area lamanya. Kita memaksa bagian otak yang biasanya digunakan untuk mengenali wajah dan objek agar bekerja sama dengan area bahasa, menciptakan sirkuit baru yang memungkinkan kita mengubah coretan tinta menjadi gagasan yang hidup.
Setiap kali Anda membaca kalimat ini, sebuah "simfoni" aktivitas listrik sedang terjadi di dalam kepala Anda dalam hitungan milidetik. Ini bukan proses pasif; otak Anda bekerja keras memecahkan kode visual, menerjemahkannya menjadi bunyi, menarik makna dari memori, hingga mensimulasikan emosi dan sensasi fisik seolah-olah Anda mengalaminya sendiri. Memahami proses rumit ini membuka wawasan tentang betapa hebatnya kapasitas otak kita untuk beradaptasi dan belajar hal baru.
Namun, di era digital saat ini, cara kerja "mesin membaca" di kepala kita sedang mengalami perubahan besar. Dengan dominasi layar gawai yang melatih kita untuk membaca cepat (skimming), kita berisiko kehilangan kemampuan membaca mendalam (deep reading) yang krusial untuk berpikir kritis dan empati. Dengan mempelajari mekanisme otak saat membaca, kita tidak hanya memahami biologi diri sendiri, tetapi juga belajar bagaimana menjaga ketajaman pikiran di tengah arus informasi yang serba cepat.